Senin, 08 Oktober 2018

Kebutuhan psikososial

https://image.slidesharecdn.com/pertemuan-2pendekatanpsikososial-161106222701/95/psikologi-sosial-pendekatan-psikososial-1-638.jpg?cb=1526234635

Dalam kebutuhan dasar manusia psikososial akan dibahas hal-hal mengenai konsep diri, kehilangan dan berdukasekarat dan kematian. untuk itu mari kita bahas satu persatu

konsep diri merupakan semua tanda, keyakinan dan pendirian yang dimiliki seseorang sebagai pengetahuan terhadap dirinya yang dapat mempengaruhi dirinya terhadap orang lain termasuk karakter, kemampuan, nilai, ide, dan tujuan.dalam konsep diri terdapat beberapa komponen yaitu:
    1. gambaran diri atau citra diri adalah mencakup sikap individu terhadap tubuhnya sendiri, termasuk penampilan fisik, stuktur, dan fungsinya. perasaan mengenai citra diri meliputi hal-hal yang terkait dengan seksualitas, femininitas, dan maskulinitas, keremajaan dan kekuatan
    2. harga diri adalah penilaian seseorang tentng dirinya dengan menganalisis kesesuaian antara perilakunya dengan keidealan diri orang lain. harga diri diperoleh dari penghargaan terhadap diri sendiri dan terutama dari orang lain. perkembangan harga diri juga ditentukan oleh perasaan diterima, dicintai, dihormati oleh orang lain, serta keberhasilan yang pernah dicapai indivu dalam hidupnya
    3. peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan oleh kebanyakan orang yang sesuai dengan funsi yang ada dalam masyarakat atau suatu pola sikap, perilaku, nilai, dan tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya dimasyarakat.
    4. identitas diri adalah penilaian individu tentang dirinya sebagai suatu kesatuan yang utuh. identitas sendiri menggambarkan konsistensi seorang sepanjang waktu dan dalam berbagai keadaan serta keunikan yang dimiliki dibandingkan dengan orang lain
dari keempat point diatas sudah sangat jelas bahwa seorang manusia akan merasa dirinya lengkap secara perasaan psikologinya jika ke empat point tersebut di miliki dan terpenuhi dan akan membuat atau membantu status kesehatan seseorang.

dalam konsep diri ada tahap-tahap perkembangan sesuai dengan usianya yaitu sebagai berikut :
  1. usia 1-1 tahun
    1. menumbuhkan rasa percaya dari konsistensi dalam interaksi pengasuhan dan pemeliharaanyang dilakukan oleh orang tua atau orang lain.
    2. membedakan dirinya dari lingkungan
  2. usia 2-3 tahun
    1. mulai menyatakan apa yang disukai dan yang tidak disukai
    2. meningkatnya kemandirian dalam berpikir dan bertindak
    3. menghargai penampilan fungsi tubuh
    4. mengembangkan diri dengan mencotoh orang yang dikagumi, meniru dan bersosialisasi
  3. usia 3-6 tahun
    1. memiliki inisiatif
    2. mengenali jenis kelamin
    3. meningkatnya kesadaran diri
    4. meningkatnya keterampilan berbahasa, termasuk pengenalan akan perasaan seperti senang, kecewa, dan sebagainya
    5. sensitif terhadap umpan balik dari keluarga
  4. usia 6-12 tahun
    1. menggabungkan umpan balik dari teman sebaya dan guru, keluarga tidak lagi dominan
    2. meningkatnya harga diri dengan penguasaan keterampilan baru ( misalnya membaca, matematika, olahraga, musik)
    3. menguatnya identitas seksual 
    4. menyadari kekuatan dan kelemahan
  5. usia 12-20 tahun
    1. menerima perubahan tubuh/ kedewasaan
    2. belajar tentang sikap, nilai, dan keyakinan menentukan tujuan masa depan
    3. merasa positif atas berkembangnya konsep diri
    4. berinteraksi dengan orang-orang yang menurutnya menarik secara seksual atau intelektual
  6. usia 20-40 tahun
    1. memiliki hubungan yang intim dengan keluarga dan orang-orang lain
    2. memiliki perasaan yang stabil dan positif mengenai diri
    3. mengalami keberhasilan transisi peran dan meningkatnya tanggung jawab
  7. usia 40-60 tahun
    1. dapat menerima perubahan penampilan dan ketahanan fisik
    2. mengevaluasi ulang tujuan hidup
    3. merasa nyaman dengan proses penuaan
Faktor yang memengaruhi konsep diri
  • lingkungan
  • pengalaman masa lalu
  • tingkat tumbuh kembang


Kehilangan dan berduka, 

kehilangan adalah suatu situasi aktual maupun potensial yang dapat dialami individu ketika berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, baik sebagian atau keseluruhan, atau terjadi perubahan dalam hidup sehingga terjadi perasaan kehilangan, kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami setiap orang, respon seseorang terhadap kehilangan dangat di pengaruhi oleh respon individu sebelumnya ( potter & perry, 1997)
  1. jenis kehilangan
    1. kehilangan objek eksternal ( misalnya kecurian atau kehancuran akibat bencana alam)
    2. kehilangan lingkungan yang dikenal (misalnya berpindah rumah, dirawat dirumah sakit, atau berpindah pekerjaan)
    3. kehilangan sesuatu atau seseorang yang berarti misalnya( pekerjaan, kepergiaan anggota keluarga atau teman dekat, perawat yang dipercaya, atau binatang peliharaan)
    4. kehilangan suatu aspek diri ( misalnya anggota tubuh dan fungsi psikologis atau fisik)
    5. kehilangan hidup ( misalnya kematian anggota keluarga, teman dekat, atau diri sendiri)
  2. dampak kehilangan
    1. pada masa anak-anak, kehilangan dapat mengancam kemampuan untuk berkembang, kadang-kadang akn timbul regresi serta rasa takut untuk ditinggalkan atau dibiarkan kesepian
    2. pada masa remaja atau dewasa muda, kehilangan dapat menyebabkan disintegrasi dalam keluarga
    3. pada masa dewasa tua, kehilangan khususnya kematian pasangan hidup, dapat menjadi pukulan yang sangat berat dan menghilangkan semangat hidup orang yang ditinggalkan
Berduka merupakan reaksi emosional terhadap kehilangan. hal ini diwujudkan dalam berbagai cara unik pada masing-masing orang dan didasarkan pada pengalaman pribadi, ekspetasi budaya, dan keyakinan spiritual yang dianutnya. sedangkan istilah berduka mencangkup berduka dan berkabung, yaitu perasaan didalam dan reaksi keluarga orang yang ditinggalkan. berkabung adalah periode penerimaan terhadap kehilangan dan berduka 
  1. jenis berduka
    1. berduka normal, terdiri atas perasaan, perilaku, dan reaksi yang normal terhadap kehilangan. mislanya, kesedihan , kemarahan , menangis, kesepian, dan menarik diri dari aktivitas untuk sementara
    2. berduka antisipasif, yaitu proses melepaskan diri yang muncul sebelum kehilangan atau kematian yang sesungguhnya terjadi. misalnya, ketika menerima diagnosis terminal, seseorang akan memulai proses pemisahan dan menyelesaika berbagai urusan didunia sebelum ajalnya tiba
    3. berduka yang rumit, dialami oleh seseorang yang sulit untuk maju ke tahap berikutnya, yaitu tahap kedukaan normal. masa berkabung seolah-olah tidak kunjung berkahir dan dapat mengancam hubungan orang yang bersangkutan dengan orang lain.
    4. berduka tertutup, yaitu kedukaan akibat kehilangan yang tidak dapat diakui secara terbuka .
  2. respon berduka
    1. tahap pengingkaran
    2. tahap marah
    3. tahap tawar menawar
    4. tahap depresi
    5. tahap penerimaan



Apa itu luka.....?

Sebelum masuk pada bagian luka yang lebih jauh kita harus mengetahui apa itu luka?
Luka adalah suatu keadaan terputusnya kontinuitas jaringan tubuh, yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi tubuh sehingga dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.





luka sendiri mempunyai 2 jenis secara umum yaitu luka mekanik dan luka nonmekanik berikut penjelasannya:

  1. luka mekanik
    1. vulnus scissum atau luka akibat benda tajam. biasanya pinggiran luka kelihatan rapi misalnya luka tersayat pisau atau silet.
    2. vulnus contusum, luka memar dikarenakan cedera pada jaringan bawah kulit akibat benturan benda tumpul. misalnya, seseorang terkena lemparan bola kasti keras
    3. vulnus kaceratum, luka robek akibat terkena mesin atau benda lainnya yang menyebabkan robeknya jaringan rusak yang dalam. misalnya, seseorang yang mengalami luka robek akibat terkena gesekan di aspal jalan yang sangat kasar biasanya pada kecelakaan hebat.
    4. vulnus punctum, luka tusuk yang kecil diabgian luar (bagian mulut luka ), akan tetapi besar dibagian dalam luka dimana pada bagian luar hanya terlihat luka hanya menunjukan kecilnya luka yang terjadi namun pada bagian dalam dari luka terdapat luka yang lebih besar dari luka yang terlihat di bagian luar.
    5. vulnus seloferadum, luka tembak akibat tembakan peluru. bagian tepi luka tampak kehitam-hitaman
    6. vulnus morcum, luka gigitan yang tidak jelas bentuknya pada bagian luka,misalnya akibat gigitan atau serangan hewan buas yang menerkam secara berlulang-ulang pada tempat yang sama.
    7. vulnus abrasio, luka terkikis yang terjadi pada bagian luka dan tidak sampai ke pembuluh darah terjadi pada daerah kulit atau bagian luar tubuh. biasanya akibat gesekan pada saat jatuh.
  1. luka nonmekanik terdiri atas
    1. luka akibat zat kimia
    2. luka akibat termik
    3. luka akibat radiasi
    4. luka akibat sengatan listrik
Proses penyembuhan luka
  1. tahap respons inflamasi akut terhadap cedera, tahap ini dimulai saat terjadinya luka. pada tahap ini terjadi proses hemostatis yang ditandai dengan pelepasan histamin dan mediator lain lebih dari sel-sel yang rusak, disertai proses peradangan dan migrasi sel darah putih ke daerah yang rusak.
  2. tahap destruktif. pada tahap ini terjadi pembersihan jaringan yang mati oleh leukosit polimorfonuklear dan makrofag
  3. tahap poliferatif. pada tahap ini pembuluh darah baru diperkuat oleh jaringan ikat dan menginfiltrasi luka
  4. tahap maturasi. pada tahap ini terjadi reepitelisasi, kontraksi luak dan organisasi jaringan kulit.
Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka
  1. memengaruhi luka karena luka membutuhkan peredaran darah yang baik dalam pemrtumbuhan dan perbaikan sel. biasanya pada pasien yang mengalami luka dan terputusnya pembuluh darah jika tidak segera di sambung kan maka daerah yang tidak mendapat suplai darah akan mati.
  2. anemia, pada orang dengan anemia kadar haemoglobin dalam darah mengalami kekurangan sedangkan perbaikan sel membutuhkan kadar protein yang cukup sedangkan protein sendiri terdapat pad haemoglobin (Hb)
  3. usia, pada seseorang yang telah mengalami penuaan pada usia lanjut akan mengalami perlambatan proses penyembuhan luka akibat menurunnya sistem perbaikan sel.
  4. penyakit lain, ada beberapa penyakit yang mengganggu proses penyembuhan luka seperti pasien dengan diabetes melitus dan ginjal dapat mempengaruhi proses penyembuhan pada luak
  5. nutrisi, seperti halnya pada poin ke 2 dalam proses penyembuhan luka membutuhkan protein yang cukup bukan hanya protein namun vitamin dan mineral lainnya juga dapat membantu proses penyembuhan luka.
  6. kegemukan, obat-obatan, merokok, dan stress juga dapat mempengaruhi proses penyembuhan luka misalnya orang yang banyak mengkomsumsi obat-obatan bisa saja mengalami restensi pada obat contohnya restensi terhadap antibiotik akibat keseringan mengkomsumsi dalam dosis yang berlebih.
Masalah yang bisa saja terjadi pada luka
  1. perdarahan, biasanya pada luka-luka kecil perdarahan tidak begitu berpengaruh namun pada luka yang besar misalnya pasien fraktur sehingga putus atau robeknya pembuluh darah maka erjadi perdarahan hebat yang ditandai dengan kenaikan denyut nadi, kenaikan pernapasan, penurunan tekanan darah, melemahnya kondisi tubuh, kehausan, keadaan kulit yang dingin dan lembab serta jika dibiarkan pada jangka waktu yang lama dapat menyebabkan dehidrasi, kekurangan volume carian akut dan kematian.
  2. infeksi, luka yang mengalami infeksi terdapat tanda-tanda sepeti kulit kemerahan, demam atau panas, rasa nyeri dan timbul bengkak, jaringan disekitar luka mengeras, serta adanya kenaikan leukosit dan pada fase akhir timbulnya pus (nanah)
  3. dehiscene, merupakan pecahnya luka sebagian atau seluruhnya yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor misalnya kegemukan, kekurangan nutrisi, trauma, dan lain-lain sering ditandai dengan kenaikan suhu badan, febris, takikardia, rasa nyeri pada daerah luka
  4. eviceration, yaitu menonjolnya organ tubuh bagian dalam kearah luar melalui luka. hal ini dapat terjadi jika luka yang dialmi tidak segera menyatu dengan baik atau akibat dari proses penyembuhan luka yang lambat.
semoga bermanfaat............

Kebutuhan rasa nyaman (bebas nyeri)

Nyeri

https://pixabay.com/id/angka-pria-berdiri-nyeri-punggung-1707104/
      
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tdak menyenangkan bersifat sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya. Nyeri sendiri juga berdasarkan pengalaman seseorang terhadap rasa nyeri yang dialami, misalnya pada orang yang  sering mengalami nyeri pada saat sakit gigi akan terbiasa atau tidak terlalu merasakan nyeri dan bisa mengontrol nyeri dengan berbagai cara dan akan berbeda pada orang yang belum pernah mengalami sakit gigi akan merasakan sangat nyeri dan bingung harus berbuat apa. Sebagai seorang perawat pun harus mampu membedakan pasien yang benar-benar mengalami nyeri atau hanya berpura-pura saja, kira-kira apa saja caranya :
  • pasien yang mengalami nyeri tekanan darah dan nadinya akan meningkat akibat dari pasien menahan nyeri yang dialami
  • pasien yang mengalami nyeri akan berperilaku sesuai tingkatannya nyeri misalkan pada pasien yang mengalami nyeri berat tidak mampu lagi berkomunikasi dengan baik dan hanya berfokus pada daerah nyeri saja
  • pasien yang mengalami nyeri akan menerima tindakan apa saja yang dilakukan agar nyeri dapat hilang terutama pasien dengan nyeri sangat berat, misalnya pasien yang takut dengan jarum suntik pada saat nyeri fraktur yang berat walaupun pasien merasa takut dengan jarum pasien akan pasrah menerima pemberian injeksi agar nyeri dapat menghilang.
Berbicara soalnya nyeri apa sih yang menyebabkan adanya nyeri dan bisa merasakannya, mari kita bahas fisiologi nyeri :
      munculnya nyeri berkaitan erat dengan resebtor dan adanya rangsangan. Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor, adalah ujung-ujung saraf sangat bebas yang memiliki sedikit atau bahkan tidak memilki myelin yang tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya pada visera, persendian, dinding arteri, hati, dan kandung empedu. sehingga pada saat kita mengalami luka atau sesuatu yang tidak nyaman maka saraf-saraf tersebut akan membawa rangsangan ke vertebra dan sampai ke otak untuk menimbulkan stimulus dari rangsangan.
selain itu nyeri di bagi menjadi dua yaitu
  • Nyeri akut, merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang yang tidak melebihi 6 bulan dan ditandai adanya peningkatan tegangan otot.
  • Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan atau hilang timbul yang berlangsung dalam waktu cukup lama, yaitu lebih dari 6 bukan
Pengalaman nyeri pada seseorang berbeda-beda seperti pada pengertian di awal, ternyata ada yang mempengaruhinya antara lain :
  • Arti nyeri, setiap orang memiliki pemahaman yang berbeda dan kebanyakan orang memahami nyeri secara negatif atau sesuatu yang berbahaya. misalnya seorang yang mengalami luka yang cukup besar pasti mengalami nyeri bagi banyak orang menginginkan agar tidak ada nyeri namun sebenarnya nyeri sendiri menandakan bahwa pada daerah yang mengalami luka sendiri masih memiliki sisten persyarafan yang baik.
  • Persepsi nyeri, pada persepsi atau penilaian seseorang terhadap nyeri sangatlah berbeda atau bersifat subjektif karena pada orang yang sering mengalami nyeri akibat peningkatan asam lambung akan memberikan persepsi bahwa hal tersebut biasa namun pada pasien yang tidak mengetahuinya akan bingung apa yang sedang di alami sehingga persepsi terhadap nyeri menjadi berbeda dan merasa nyeri berat
  • Toleransi nyeri, dalam toleransi berkaitan dengan kemampuan seseorang menahan nyeri yang dialami misalnya dengan alkohol, obat-obatan, pengalihan perhatian dll.
  • Reaksi terhadap nyeri, reaksi ini merupakan bentuk respon dari nyeri yang dialami seseorang misalnya ketakutan, gelisah, cemas, menagis dan menjerit.
Dalam nyeri ada yang namanya skala nyeri biasanya perawat akan menjelaskan penilaian skala dan pasien akan menetukan skala nyeri yang dialami seperti ini penjelasannya
  • skala nyeri 0 atau tidak ada nyeri sama sekali
  • skala nyeri 1-3 nyeri ringan : nyeri masih bisa di tahan dan tidak mengganggu aktivitas pasien
  • skala nyeri 4-6 nyeri sedang : nyeri sedikit kuat sehingga dapat mengganggu pola aktivitas penderita
  • skala nyeri 7-10 nyeri berat : nyeri yang sangat kuat sehingga memerlukan terapi medis dan pasien tidak dapat melakukan aktivitas mandiri atau harus dibantu.
selain skla dalam pengkajian juga ada pemeriksaan PQRST 
P : pemacu, yaitu faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri
Q: quality, dari nyeri , seperti apakah rasa tajam, tunpul atau tersayat
R : regio , yaitu daerah perjalanan nyeri
S : severity adalah keparahan atau intensitas nyeri (skala nyeri)
T : time, adalah lama/ waktu serangan atau frekuensi nyeri

sebagai seorang perawat penting untuk mengetahi dengan baik cara penialain nyeri dan dalam proses pengkajiannya sehingga dalam melakukan tindakan tidak mengalami kesalahan pengambilan intervensi misalnya seorang perawat menanyakan pada pasien dan pasien mengatakan nyeri pada daerah dada namun sang perawat langsung memberikan intruksi relaksasi, kolaborasi terapi dan lainnya namun  nyeri tidak berkurang dalam hal ini kesalahan perawat adalah pada pengkajian regio atau daerah belum jelas nyeri yang dirasakan dada pada daerah mana oleh karena itu nyeri tidak berkurang karena pasien mengalami nyeri akibat peningkatan asam lambung pada daerah uluh hati sehingga tindakan yang tepat adalah kompres buli-buli panas pada pasien dan teknik relaksasi serta kolaborasi terapi untuk menurunkan asam lambung. Nah jadi menjadi seorang perawat harus sangat teliti terutama pada nyeri karena nyeri bersifat subjektif sehingga perlu untuk dilakukan komunikasi yang efektif.

semoga bermanfaat..........

Sabtu, 06 Oktober 2018

Bentuk- bentuk sediaan obat

      Seorang profesi perawat bukan hanya menjalankan keterampilannya tetapi dalam intervensi atau perencanaan seorang perawat butuh untuk berkolaborasi dengan profesi lain salah satunya adalah apoteker atau bagian ke farmasian, oleh karena itu seorang perawat perlu tahu apa saja sih sediaan-sediaan obat yang dalam ilmu farmakologi disebut posologi.
     Posologi adalah ilmu yang membahas bentuk sediaan obat, cara pemberian, perhitungan dosis dan frekuensi pemberian obat. Tenaga medis perlu mengetahui sediaan obat guna dapat melakukan pemberian obat yang tepat pada pasien, tepat obat, tepat waktu, tepat dosis,dan tepat rute serta tepat dokumentasi

Bentuk sediaan obat dibagi menjadi 4 sediaan yaitu padat, semi padat, cair, dan gas nah mari kita bahas satu persatu

Sediaan padat
  • pulvis/pulveres/serbuk
Pulvis (serbuk) adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan ditujukan untuk obat dalam atau luar.  Pulveres adalah serbuk yang masing-masing dibungkus dengan pengemas yang cocok sekali minum.
http://webxeon.com/wp-content/uploads/2017/06/Syarat-Serbuk-Serta-Keuntungan-dan-Kerugian.jpg

  • Tablet
adalah sediaan obat padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. zat tambahan berfungsi sebagai pengisi, pengembang, pengikat, pellicin dan pembahas atau fungsi lain yang cocok. tablet berbentuk bulat pipih dengan berat antara 50 mg-2g, umumnya sekitar 200-800 mg jenis tablet sangat banyak, misalnya teblet salut, tablet effervescent tablet sub lingual.
http://www.thepanicchannel.com/wp-content/uploads/2017/06/ilustrasi-tablet-aspirin.jpg

  • kapsul
adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. cangkang kapsul terbuat dari gelatin, pati atau bahan lain yang cocok
http://webxeon.com/wp-content/uploads/2017/06/1000pcs-pack-Size-font-b-0-b-font-Red-Yellow-Color-Separated-Gelatin-Capsule-font.jpg

  • Suppositora
adalah sediaan obat dalam berbagai bobot dan bentuk yang diberikan melalui rektal, vagina atau urethal. sediaan ini dapat meleleh melunak atau melarut pada suhu tubuh. berdasarkan pemakaiannya bentuk suppositora ada yang topedo atau meruncing dikedua ujungnya (suppositora anal). ovula yang bentuknya bulat atau bulat telur digunakan melalui vagina/
http://webxeon.com/wp-content/uploads/2017/06/maxresdefault-1.jpg

  • Kaplet
adalah tablet berbentuk seperti kapsul yang pembuatannya melalui kempa cetak
http://webxeon.com/wp-content/uploads/2017/06/58594210c4618897118b462a.jpg

  • pellet
sediaan tablet kecil, sillindris dan steril yang pemakaiannya ditanam (inflantasi) kedalam jaringan

  • Lozenge
adalah sediaan tablet yang rasanya manis dan baunya enak yang penggunaanya dihisap dalam mulut


Sediaan setengah padat
  • Saleb
merupakan sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar
http://webxeon.com/wp-content/uploads/2017/06/pharmanote-salep.jpg

  • Krim
adalah sediaan setengah padat berupa emulasi mengandung air tidak kurang atau sama dengan 60% dan dimaksudkan obat luar. umunya digunakan didaerah yang relatif jarang terkena air karena krim mudah tercuci

  • Pasta
adalah sediaan berupa massa lembek yang digunakan untuk pemakaian luar. biasnya dibuat dengan mencampur serbuk dalam jumblah kurang dari 50%  bagian dengan vaselin atau parafin cair atau dengan bahan dasar yang tidal berlemak. ( gliserol, ,usilago atau sabun)

  • Jelly
merupakan sediaan suspensi setengah padat dari bahan organik atau anorganik, mengandung air, dan digunakan pada kulit yang peka atau berlendir (mukosa)


Sediaan cair
  • Sirup
suatu sediaan berupa larutan yang mengandung gula sukrosa. kecuali dinyatakan lain kadar gula tidak kurang dari 64% atau tidak lebih dari 66% sirup dengan kadar gula kurang lebih 65% disebut sirup simplek yang digunakan origen saporis (pemanis)

  • Eliksir
sediaan larutan yang mempunyai rasa dan bau sedap, selai obat juga mengadng bahan tambahan seperti gula, zat pemanis lainnya, zart warna, dan zat pengawet. eliksir digunakan sebagai obat dalam. pelarut umumnya digunakan etanol karena dapat meninkatkan kelarutan zat aktifnya

  • Guttea (obat tetes)
suatu sediaan cairan berupa larutan, emulasi atau suspensi digunakan baik untuk obat luar atau obat dalam, dilengkapi alat penetes berskala ( untuk obat dalam) dan tidak berskala untuk obat luar. jika disebut obat tetes tanpa keterangan yang dimaksud adalah obat dalam

  • Injeksi
sediaan steril dan bebas pirogen yang berupa larutan, emulasi, suspensi, serbuk yang dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan. penggunaan sediaan injeksi disuntikan menggunakan spuit kedalam kulit, bawah kulit, otot atau intravena
http://webxeon.com/wp-content/uploads/2017/06/obat-suntik-sifilis.jpg

  • Enema
adalah suatu larutan yang penggunaannya melalui rektum atau anus. kegunaan sediaan enema anatara lain untuk memudahkan buang air besar, mencegah kejang atau mengurangi nyeri lokal

  • Gargarisma
yaitu berupa sediaan larutan relatif pekat yang harus diencerkan sebelum digunakan ( dikumurkan). gargarisma umumnya digunakan untuk pencegahan atau pengobatan infeksi tenggorokan
https://cdn.hellosehat.com/wp-content/uploads/2017/10/listerine.png?x54339

  • Douche
adalah larutan yang digunakan secara langsung pada lubang tubuh, bermanfaat sebagai pembersih atau anti-septik. contoh : vagina douche, eye douche, nasal douche.

  • Suspensi
ialah sediaan carian yang mengandung bahan obat berupa partikel halus yang tidak larut dan terdispresi dalam cairan pembawa. dalam kemasaan sediaan suspensi disertai etiket bertuliskan kocok dahuli sebelum digunakan, tujuan supaya partike mengendap terdisperasi merata
http://webxeon.com/wp-content/uploads/2017/06/contoh-suspensi-oral.jpg

  • Emulsi
merupakan sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdispresi dalam cair distabilkan dengan emulagator yang sesuai. emulasi merupakan campuran zat berminyak dan berair. dalam kemasannya, emulasi ada penjelasan kocok dahulu sebelum digunkan supaya zat yang terpisah dapat tercampur merata kembali

  • Infusa
sediaan cair yang dibuat menyari simplisia nabati dengan air panas 90 derajat celsius selama 15 menit

Nah tadi itu adalah sediaan obat dalam dunia farmasi semoga bermanfaat............

Selasa, 02 Oktober 2018

Manajemen Pasien Safety

           keselamatan pasien adalah bebas dari cedera fisik dan psikologis yang menjamin keselamatan pasien, melalui penetapan system operasional, meminimaliskan terjadinya kesalaha, mengurangi rasa tidak aman pasien dalam sistem perawatan kesehatan dan meningkatkan pelayanan yang optimal (Canadian Nursing Assoociation, 2004). Jadi dapat disimpulkan bahwa keselamatan pasien adalah pasien bebas dari cedera fisik seperti jatuh dari tempat tidur, kesalahan pemberian obat,kesalahan tindakan operasi  dan lainnya yang menimbulkan kerusakan atau kecacatan pada kondisi fisik pasien. sedangkan cedera psikologis adalah pasien yang dirawat menjadi takut untuk datang kerumah sakit karena pengalaman yang tidak baik terhadap rumah sakit, pasien yang menjadi trauma psikologis terhadap peralatan medis pada umumnya terjadi pada anak-anak oleh karena itu perlu orientasi yang baik terhadap pasien usia tergolong anak-anak.
          Tujuan dari manajemen pasien safeti adalah:

  1. Terciptanya budaya keselamatan pasien dirumah sakit
  2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
  3. Menurunya angka kejadian tidak diharapakan (KTD) dirumah sakit
  4. terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan
Tujuh langkah keselamatan pasien
  1. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien, jika setiap tenaga kesehatan memiliki kesadaran akan keselamatan pasien maka setiap tenaga kesehetan akan melakukan segala upaya agar tidak terjadinya insiden yang tidak dinginkan misalnya dengan melakukan tindakan sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) yang ditetapkan oleh rumah sakit atau pelayanan kesehatan tempat berkerja
  2. Pimpin dan dukung staf. seorang pemimpin yang sudah menjaga dan mendukung stafnya dan memimpin dengan cara memberikan contoh yang baik maka dengan begitu seorang pimpinan sudah memimpin dan mendukung stafnya agar selalu utamakan keselematan pasien.
  3. Integritaskan aktivitas pengelolaan resiko. dalam hal ini sistem dan proses pengelolaan resiko perlu dikembangkan agar dapat meminimaliskan terjadinya cedera atau insiden.
  4. Kembangkan sistem pelaporan, pastikan agar para staf tenaga medis mengerti cara melaporkan insiden yang terjadi dan di kembangkan agar mudah dalam pelaporan. 
  5. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien. seorang tenaga medis khusunya seorang perawat perlu untuk mengembakan cara dalam berkomunikasiyang terbuka dengan pasien sehingga pasien dapat menceritakan keadaan pasien secara keseluruhan.
  6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien. dengan ini maka staf dapat menganalisis masalah yang pernah terjadi dan mencari akar masalah yang sebenarnya terjadi juga mencari jalan keluar untuk kedepannya.
  7. Gunakan informasi yang ada tentang kejadian atau masalah untuk melakukan perubahan pada sistem pelayan.
Sasaran dalam keselamatan pasien meliputi terjadinya hal-hal berikut
  1. Ketepatan identifikasi pasien
  2. peningkatan komunikasi yang efektif
  3. peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspasdai ( High-Alert)
  4. kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedure, dan tepat-pasien operasi
  5. pengurangan risiko infeksil terkait pelayanan kesehatan
  6. pengurangan risiko pasien jatuh 
Tujuh standar keselamatan pasien

  • Hak pasien
                kriterianya adalah
    • Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan
    • Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencan pelayanan
    • Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan yang jelas dan benar kepada pasien dan keluarga tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan atau prosedure untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya KTD
  • Mendidik pasien dan keluarga
                kriterianya adalah : dengan mendapatkan pendidikan tersebut diharapkan pasien dan                             keluarga dapat
    • Memberikan info yang benar, jelas, lengkap, dan jujur
    • Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab
    • Mengajukan pertanyakan untuk hal yang tidak dimengerti 
    • Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan
    • Mematui intruksi dan menghormati peraturan RS
    • Memperlihatkan sikap menghormati dengan tenggang rasa
    • Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati
  • Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
               kriterianya adalah:
    • Koordiansi pelayanan secara menyeluruh
    • Koordianasi pelayanan disesuaikan kebutuhan pasien dan kelayakan sumber daya
    • Koordianasi pelayanan mencangkup peningkatan komunikasi
    • Komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan
  • Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
                 kriterianya adalah
    • Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan ( design) yang baik, sesuai dengan ''Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumag Sakit''.
    • Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja
    • setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif
  • Peran kepemimpinan dlaam meningkatkan keselamatan pasien
                kriterianya adalah
    • Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien
    • Tersedia program proaktif untuk identifikasi resiko keselamatan dan program meminimalkan insiden
    • Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari rumah sakit terintegrasi dan berpatisipasi
    • tersedianya prosedur cepat tanggap terhadap insiden, termasuk asuhan kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko ada orang lain dan penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk keperluan analisis
    • tersedianya mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan insiden
    • tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden
    • terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan antar pengelola pelayanan
    • tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan
    • tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan kriteria objektif untuk mengevaluasi afektivitas perbaikan kerja rumah sakit dan keselamatan pasien.
  • Mendidik staf tentang keselamtan pasien 
              kriterianya adalah
    • memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru yang memuat topik keselamatan pasien
    • mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan inservice training dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden
    • menyelenggarakan pelatihan tentang kerja sama kelompok guna mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka melayani pasien
  • Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
             kriterianya adalah
    • disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait dengan keselamtan pasien
    • tersedia mekanisme identifikasi maslah dan kendala komunikasi untuk merevisi manjemen informasi yang ada.


daftar pustaka
Irwan, Hadi.2017. Buku Ajar Manajemen Keselamatan Pasien.Yogyakarta : Deepublish